Cerita ini diawali dari sebuah benjolan di leher yang saya miliki sejak SMP. Saya memiliki kebiasaan untuk menahan batuk yang keras dan tidak membuang riak yang ada di leher. Awalnya saya mengira benjolan itu hanya jakun yang gendut. Tetapi posisinya janggal jika disebut jakun dan saya berjenis kelamin wanita. Jadi selama beberapa tahun saya abaikan. Sampai akhirnya saya kuliah benjolan itu semakin belendung. Saya selalu dianjurkan untuk datang ke dokter oleh keluarga saya tetapi tidak pernah saya gubris, karena saya yakin saya hanya diminta untuk operasi. Pernah saya melakukan check up dirumah sakit, saya ada cek tiroid dan konsultasi ke dokter. Hasil lab menunjukkan kalau kelenjar tiroid saya normal dan dokter tentu saja menyarankan untuk operasi. Benjolan tersebut tidak pernah mengganggu kehidupan saya sehari - hari. Hanya saja secara tampilan memang kurang enak dilihat. Sampai suatu hari papa saya mendesak untuk berobat ke pengobatan alternatif. Yang kebetulan juga direkomendasikan oleh keluarga dekat. Awalnya saya juga tidak mau, tetapi karena terlalu sering menolak desakan dr orang tua, saya berpikir tidak baik menolak terus. Karena diminta atas niat yang baik juga.
Sehingga bersamaan dengan keluarga saya yang lain, saya ikut juga menjalani pengobatan alternative tersebut. Saya tidak akan cerita banyak mengenai tempat saya melakukan pengobatan alternatif tersebut. Karena mereka bukan berasal dari Indonesia dan hanya berkunjung selama dua minggu di Jakarta. Pengobatan alternatif yang saya lakukan adalah kop dan tusuk jarum.
Selama dua minggu setelah pengobatan, saya tidak merasakan sakit apapun. Hanya rasa kurang enak disekitar bahu dan leher. Namun setelah itu saya merasa terkejut karena leher saya tertarik kebelakang. Tidak secara harafiah, tapi sepertinya otot saya ketarik. Harus dengan bantuan tangan di dagu menahan agar sentakan atas tarikan otot tidak terlalu berdampak. Saat itu orang tua saya ikut terkejut dan bingung apa yang harus dilakukan. Kami sekeluarga tidak memiliki pengalaman seperti ini sebelumnya. Dan bahkan pada saat itu kami belum tau penyebabnya apa. Hal pertama yang dilakukan oleh ibu saya adalah menghubungi ie ie saya yang diketahui punya kelebihan dalam hal penyembuhan. Setelah berbicara melalui telepon, ie ie saya menyampaikan kalau beliau dapat membantu saya untuk sembuh. Saat itu papa saya tetap menyarankan saya untuk meminta bantuan medis atau dokter. Tetapi sejujurnya saya tidak mengerti saat itu dokter dapat membantu saya seperti apa. Karena saya tidak luka atau memiliki penyakit tertentu. Yang terlintas dalam pikiran saya, secara medis mungkin bisa diselesaikan dengan terapi. Hanya saja, saya yakin kesembuhan saya butuh waktu yang lama sehingga dari sisi keuangan pasti saya akan mengalami kesulitan. Sehingga saya menolak ide tersebut dan memutuskan untuk menemui ie ie saya terlebih dahulu.
Saat itu juga saya mengajukan cuti mendadak dari kantor. Dan untungnya saat itu tidak ada project yang sedang dijalankan sehingga cuti dapat dilakukan. Saya tinggal selama beberapa hari sambil diobati oleh ie ie saya tersebut. Dan lucunya pengobatan tersebut tidak melibatkan obat atau pun kegiatan medis. Ie ie saya hanya meletakkan tangannya di otot saya yang bermasalah. Hal itu dilakukan selama beberapa kali dalam satu hari dan sambil minum air yang sudah di doakan. Jika tidak salah, saya cuti sekitar dua minggu. Namun kondisi masih belum berubah. Percaya atau tidak, saya membutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk sembuh. Dan selama saya bekerja, saya harus selalu pegang dagu atau leher saya agar kepala saya tidak terpelintir. Dan selama itu juga saya tidak pernah keluar rumah karena untuk duduk saja saya sulit. Dan selama dua tahun tersebut, pengobatan yang saya lakukan masih sama. Yaitu dengan bantuan ie ie saya.
Jika ditanya kenapa saya tidak mencari sumber atau cara pengobatan yang lain, terus terang saya juga tidak begitu tahu kenapa. Yang saya tahu saya percaya melalui ie ie saya, saya bisa sembuh. Selama saya masih sakit, pihak keluarga dan teman - teman saya juga banyak menyarankan untuk mencari alternatif lain karena sudah terlalu lama berobat dengan ie ie saya tapi masih juga belum ada hasil. Namun sebenarnya selama diobati, saya merasakan perubahan atau perbaikan walaupun secara perlahan. Caranya masih sama, hanya meletakkan tangan dibagian tubuh yang bermasalah dan minum air yang sudah didoakan. Hal itu berlangsung selama satu tahun lebih. Sampai akhirnya cara pengobatannya berubah, dimana ada tindakan urut sambil menggeser otot yang sudah tergeser. Sejak itu saya merasakan perubahan besar karena tidak perlu menggunakan tenaga yang signifikan untuk menahan hentakan otot yang ketarik.
Sejak itu saya bersyukur saya tidak mencari alternatif lain untuk berobat walaupun tekanan dari sekitar begitu banyak. Terutama selama satu tahun lebih hasilnya masih belum terlihat. Saya juga bingung kenapa saya begitu yakin dengan keputusan saya tersebut. Yang saya jadikan pegangan waktu itu bahwa ie ie saya tidak mungkin berbohong pada keponakannya sendiri dan pasti menginginkan hal yang terbaik juga buat keponakannya. Bantuan dari pihak lain juga ada, dan saya berterima kasih sekali ada banyak yang mau membantu. Hanya saja, bantuan yang ditawarkan berupa uang agar saya berobat menggunakan jasa medis. Sehingga saya lebih memilih diobati langsung oleh orang yang saya percaya. Apakah menurut kalian saya termasuk orang yang nekad karena tidak meminta bantuan medis? Jika kalian berada diposisi saya, apakah yang akan kalian lakukan, terutama setelah berbulan - bulan tidak menunjukkan hasil? Selama setahun lebih tersebut, akhir minggu saya habiskan untuk berobat dengan metode yang sama. Hanya tangan yang diletakkan diatas otot yang bermasalah dan air yang sudah didoakan. Sejak cerita ini saya posting, saya sudah sembuh selama tujuh sampai delapan tahun. Jika saya melihat kembali ke kejadian yang dulu, saya amat sangat bersyukur atas keputusan yang saya ambil. Kesabaran dan keyakinan saya tersebut membuahkan hasil yang bisa saya anggap sebagai suatu keajaiban. Bagaimana menurut kalian?
Merry Christmas
Indah Listaria